TENGGARONG – Kelulusan memang jadi hal yang ditunggu-tunggu para siswa dan orang tua. Menandai akhir dari jenjang pendidikan, menuju jenjang pendidikan selanjutnya. Wisuda sendiri identik dengan kelulusan di perguruan tinggi (PT). Dengan menggunakan baju toga di hari kelulusan.
Namun belakangan bergeser menjadi kebiasaan baru. Tidak lagi menunggu lulus kuliah, baru bisa diwisuda. Kini sekelas lulusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pun sudah mengikuti prosesi. Diikuti tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat.
Di sisi lain, kebiasaan baru inipun menimbulkan beberapa tanggapan dari para orang tua. Ada yang mengikuti ada pula yang menyampaikan keluhannya. Lantaran ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan.
Hal inipun ikut ditanggapi oleh Hetifah Sjaifudian, wakil ketua Komisi X DPR RI. Memang disisi lain ingin mengapresiasi pencapaian anaknya yang berhasil lulus dari satuan pendidikan. Tetapi ia mengatakan masih ada cara lain, tidak harus menggelar wisuda yang notabene untuk kelulusan mahasiswa.
“Nah jadi ini menjadi satu kebiasaan baru, tetapi itu memberatkan orang tua dan diminta evaluasi kembali, agar tidak ada beban bagi orang tua,” ungkap Hetifah.
Legislator Senayan asal Kaltim inipun lebih condong untuk memanfaatkan uang yang dikeluarkan untuk wisuda, lebih kepada menyiapkan kebutuhan sekolah anak yang bersangkutan. Semisal biaya pendaftaran hingga membeli perlengkapan belajar dan mengajar, serta seragam baru.
“Jangan sampai untuk kebutuhan penting lain malah tersedot ke biaya wisuda, jadi kita evaluasi kebiasaan baru ini,” tutupnya. (afi)