TANJUNG REDEB – Para petani di Kabupaten Berau mengeluh soal sulitnya mendapat pupuk serta harganya yang mahal, turut menjadi penyebab tidak stabilnya hasil panen. Juga berimbas pada minimnya hasil produksi panen. Hal itu menjadi perhatian salah satu Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Berau, Elita Herlina.
Diungkapkannya, sebagai wakil rakyat dirinya menyaksikan langsung kondisi di lapangan bagaimana petani mengeluh terkait hal tersebut. Ia sendiri berkomitmen memperjuangkan apa yang menjadi harapan dan keinginan para petani.
Salah satunya berdasarkan hasil reses yang ditemukan pada dapilnya. Diakuinya banyak warga mengeluh soal kelangkaan pupuk.
“Dari hasil reses banyak warga mengeluh soal langkanya pupuk belum lagi harganya yang mahal. Pasti berdampak pada produksi pertanian,” katanya.
Terlebih, dari data yang ada pada 2021-2022 terdapat 38,70 ton padi per hektare dan sampai di tahun 2022-2023 terjadi penurunan menjadi 33,90 ton per hektare.
Pihaknya akan melakukan berbagai upaya untuk memperjuangkan apa yang menjadi keluhan para petani. Seperti, koordinasi dengan instansi terkait hingga menggunakan mekanisme dana aspirasi miliknya. Yang tentunya harus melewati berbagai mekanisme yang ada.
“Namun saya pastikan, saya akan menindaklanjuti permasalahan ini hingga tuntas,” tegasnya.
Ia meminta, pemerintah daerah harus memberikan perhatian khusus terkait merosotnya jumlah produksi panen petani tersebut. Baik itu berupa pupuk bersubsidi ataupun non subsidi yang mudah didapatkan.
Selain itu, pemerintah daerah juga diharapkan dapat membuat terobosan agar memudahkan petani mendapatkan pupuk. Serta bisa mengalokasikan anggaran khusus untuk pengadaan pupuk bersubsidi segera.
“Karena memang salah satu penghambat turunnya produksi padi dari petani, yaitu susahnya mendapatkan pupuk,” pungkasnya. (Mnz/ADV)