PASER – Sikap penolakan sebagian masyarakat dari kalangan sopir truk dan pedagang bukan hanya ditujukan kepada pemerintah melainkan kepada masyarakat yang menolak adanya aktivitas pengangkutan (hauling) batu bara yang melintas di Kabupaten Paser.
Hal itu terlihat dari beberapa spanduk berisi pesan yang tidak hanya ditujukan pada Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas’ud, namun kepada tiga nama yakni Aspiana, Fauzi dan Wartalinus yang diklaim sebagai otak dari penolakan aktivitas pengangkutan.
Tidak hanya spanduk, Koordinator Aksi, Siswiyanto, turut menyorakkan ketiga nama tersebut saat berorasi lewat aksi damai yang berlangsung di Simpang Tokare, Desa Batu Kajang, Kecamatan Batu Sopang, Selasa (10/6/2025).
“Kepada Aspiana, Fauzi dan Wartalinus yang menyetop kegiatan ini kemudian tidak ada solusi, maka kami melakukan kegiatan ini. Kalian tidak punya hak untuk menghentikan ini, karena kami juga masyarakat yang juga butuh makan,” ujar Siswiyanto.
Bahkan saat dikonfirmasi, Sis, sapaan akrabnya menyebut, ketiga nama tersebut merupakan dalang atas kondisi yang tengah dihadapi para sopir. Menurutnya, ketiga sosok tersebut hanya menunggangi kepentingan dan memanfaatkan rentetan peristiwa yang selama ini terjadi.
“Kami bahkan tidak tahu atas nama masyarakat mana yang mereka wakili. Mereka menyebut karena batu bara makanya ada yang meninggal bahkan terbunuh. Padahal kami, turut mendukung upaya pengusutan kasus pembunuhan yang terjadi,” lantangnya.
Sis, menyinggung satu dari tiga nama itu, yakni Aspiana, mantan anggota DPRD Kabupaten Paser periode sebelumnya. Dirinya menilai Aspiana sebagai sosok yang pernah menduduki jabatan wakil rakyat, dinilai mencederai perasaan para sopir yang menggantung hidup dari hasil pengangkutan.
“Ingat, jangan pakai kasus Muara Kate untuk merusak periuk nasi kami,” tegas Sis.
Pada sisi lain, seorang istri yang suaminya merupakan sopir pengangkut batu bara, pun jadi gelisah. Lantaran suaminya tidak lagi memiliki pekerjaan karena hanya menggantungkan nasib pada pengangkutan.
Kegelisahan tiba sesaat suaminya tidak lagi memiliki pendapatan untuk melanjutkan angsuran, karena unit truk yang selama ini sopir digunakan untuk mencari nafkah sudah ditarik oleh deler akibat tidak mampu membayar cicilan.
“Kita sudah tidak ada usaha lagi. Makan apa kalau tidak mengangkut, bayaran angsuran bagaimana? Mereka tidak memikirkan nasib kayak kami ini,” kata salah seorang istri.
Pewarta: TB Sihombing
Editor: Yahya Yabo