spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Dialog hingga Tips dari Talkshow Cuan dari Bisnis Kopi di Kaltim

SAMARINDA – Mempertemukan Slamet Prayogo, pemilik Kopi Malabar, Dian Tebe, pengusaha muda dan pendiri gerai Kopiria, serta Hadi Cahyo, Wakil Ketua Asosiasi Kopi Kaltim, panitia dari Media Kaltim, Dinas Pariwisata, dan Frienda Production menggelar talkshow yang menarik tentang bisnis kopi dan potensi kopi lokal di panggung utama Kaltim Fest di Convention Hall Samarinda pada hari Sabtu (15/7/2023) sore. Ketiga narasumber ini menampilkan sesi menarik mengenai dunia kopi Kaltim sesuai dengan keahlian dan pengalaman mereka.

Sesi pertama, Dian Tebe menjelaskan bagaimana ia dan timnya membangun gerai Kopiria yang kini telah memiliki 32 cabang di seluruh Kaltim.

“Ketidaksengajaan yang menguntungkan. Kopiria dibangun karena kesamaan hobi ngopi pada tim usaha EO kami. Begitu juga, saat bertemu klien kami selalu mengajaknya sharing dan diskusi pada gerai kopi,” katanya.

Dari situ ide untuk membuka gerai kopi di kantor mereka di Jalan Ahmad Yani dimulai. Tak terduga lewat beberapa bulan, gerai Kopiria perdana itu bisa “happening” di kalangan muda. Berkembang pesat, Kopiria mulai menyajikan menu bervariasi selain menghadirkan varian basic kopi susu di awal usaha.

“Tentu ada prosesnya. Mulai dari menentukan konsep bisnis, membangun team work, menentukan menu hingga bagaimana menentukan pengembangannya, ” paparnya.

Menurutnya, siapa pun bisa mendulang sukses membangun brand gerai kopi. Asal, konsisten dan disiplin dalam membangun dan menjalankannya.
Menjadi pemapar materi kedua, Slamet Prayogo atau yang akrab disapa Yoga di kalangan komunitas kopi, menjelaskan bagaimana kopi Kaltim bisa dikembangkan

Meski secara geografis Kaltim bukan menjadi lokasi favorit penanaman biji kopi, Slamet membuktikan hal itu bisa berubah. Bekerja sama dengan OPD terkait dan dukungan komunitas kopi di daerah, Slamet memulai misi mengembangkan kopi Kaltim.

“Saya pernah lama tinggal di Kaltim. Saya tahu saya punya tanggung jawab untuk mengembangkan biji kopi di Kaltim. Saya yakin itu bisa berjalan secara bertahap,” katanya.

Kini, pemilik kebun kopi malabar di Jawa Barat yang terkenal karena menjadi lokasi shooting film Filosofi Kopi itu, telah mengembangkan perkebunan kopi di Kukar, Kubar PPU, dan Mahulu.

“Setiap daerah di Kaltim, punya ciri khas untuk menjadi daerah pengembangan biji kopi. Potensi itu bahkan bisa dibawa hingga pada produk kemasan kopi unggulan, ” jelasnya.

Mewakili asosiasi, Hadi Cahyo menjelaskan pengusaha kopi di Kaltim, cukup berkembang pesat. Utamanya di Samarinda dan Balikpapan yang menjadi kota besar utama Kaltim. Meski yang tergabung di asosiasi sekitar 80 pemilik dan brand kopi lokal, secara kasat mata brand kopi baik berupa cafe dan warkop, jumlah sudah mencapai ratusan.

“Selain mewadahi para para pemilik brand usaha kopi ini, asosiasi juga punya program pembinaan untuk menaikkan kualitas peserta. Misalnya pelatihan barista. Lomba olahan kopi hingga sosialisasi brand kopi lainnya,” ujarnya.

Media Kaltim, sebagai penyelenggara talkshow, menjadi satu-satunya Media yang konsisten dan peduli akan perkembangan bisnis kopi ini. Bahkan bukan hanya sekali, sisi bisnis kopi diangkat menjadi tema utama dengan dukungan momen dan lokasi yang wah.

Sebelumnya pada momen ulang tahun ke-2, event lomba seduh kopi dan talkshow tentang bisnis kopi juga digelar di Kota Taman, Bontang.

“Ini bentuk konsistensi dan totalitas kami terlibat dalam pengembangan brand dan UKM lokal. Karena kami paham bisnis Media bukan soal berita semata, tetapi bagaimana bisa merangkul banyak pihak untuk sama-sama berkembang dan menjadi terdepan,” ucap Founder Media Kaltim, Agus Susanto.(Rm)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img