spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Harga Tomat Meroket, Tembus Rp 35 Ribu per Kg

SAMARINDA – Usai pergantian tahun, harga beberapa bahan pokok mengalami lonjakan. Salah satunya harga tomat yang sebelumnya Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per kg-nya. Kini naik hingga menyentuh angka Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu per kg.

Berbagai faktor mempengaruhinya, mulai dari stok yang menipis dikarenakan distribusi hingga gagal panen diakibatkan oleh musim penghujan.

Hasil pantauan tim mediakaltim.com, para pedagang-pedagang sayur yang berjualan di Pasar Segiri stoknya mulai berkurang (04/01/2023). Rata-rata hanya menjual dalam satu tumpukan dan perkiraannya hanya sekitar 10 kg. Bahkan, terdapat pedagang sayur yang hanya menjual kurang dari 10 kg.

Salah satu pedagang tomat dan cabai, Muhammad Ansar (26) mengatakan kondisi naiknya harga tomat ini telah berlangsung seminggu sebelum pergantian tahun dan masih bertahan.

Sejauh ini,  kenaikan harga tomat yang mencapai angka Rp 35 ribu per kg merupakan harga jual yang paling tinggi. Dahulu, sempat terjadi kenaikan, namun hanya menyentuh angka Rp 25 ribu hingga Rp 28 ribu per kg.

“Sejauh ini, harga yang paling tinggi ya sekarang. Sebelumnya hanya sampai angka Rp 28 ribu,” jelasnya.

Ansar jelaskan dirinya mendapatkan tomat yang berasal dari Surabaya dan juga Sulawesi. Namun, menurut informasi yang Ia dapat, pedagang dari Surabaya pun saat ini mengambil dari Pulau Sulawesi.

Dikonfirmasi terkait dengan perubahan cuaca yang akhir-akhir ini dialami Indonesia, Ansar membenarkan kondisi tersebut, terlebih kondisi dingin dan hujan akan mempercepat pembusukan tomat. Terlebih tekstur tomat yang lembut sangat rentan cacat dan busuk.

“Bisa jadi karena hujan  juga, terlebih yang saya dapat tomatnya masih hijau-hijau, karena kebutuhan yang meningkat,” tambahnya.

Pedagang lainnya, Ibu Sulik (35) yang menyewa lapak di lokasi sebelah kiri Pasar Pagi juga turut membenarkan terjadinya kenaikan harga tomat yang signifikan. Bahkan kekosongan hampir terjadi di semua daerah. Ia mengambil tomat dari beberapa daerah, di antaranya Malinau Kalimantan Utara, Sulawesi dan Surabaya.

Sulik mengaku sempat bertanya dengan para tengkulak yang menjadi langganannya. Namun para Petani Tomat sempat mengalami kegagalan panen saat musim penghujan tiba. Sehingga dirinya sulit memperoleh tomat sejak usai tahun baru 2024.

“Saya tanya kenapa kok sulit dapat tomatnya, jawabnya sih karena gak ada yang bisa dipetik sama sekali,” terangnya.

Sementara itu, Pedagang tomat dan bawang bombay, Novita (22) mengatakan kenaikan harga modal yang diperolehnya mengakibatkan dirinya terpaksa menaikkan harga.

Ia mengaku mendapat harga dari tengkulak sekitar Rp 30 ribu per kg. Sehingga dirinya hanya dapat menaikkan Rp 5 ribu agar masih dapat dibeli oleh para pelanggannya.

“Harga modal saja sudah Rp 30 ribu, belum  lagi bayar upah buruh dan lainnya. Makanya kita jual harga segitu,” pungkasnya.

Pewarta: RR

Editor: RR

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img