spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Hari Pertama Sekolah, Siswa SMA Negeri 4 Samarinda Kebanjiran

SAMARINDA – Hari pertama masuk sekolah bagi siswa-siswi SMAN 4 Samarinda, Rabu (9/4/2025), diwarnai dengan genangan banjir. Air setinggi lebih kurang 30 sentimeter atau seukuran betis orang dewasa merendam sebagian besar lingkungan sekolah yang berlokasi di Jalan KH Harun Nafsi, Kelurahan Rapak Dalam, Kecamatan Loa Janan Ilir RT 11. Kondisi ini memaksa pihak sekolah untuk meliburkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sementara.
Banjir yang melanda SMAN 4 Samarinda ini bukanlah kejadian baru.

Kepala Sekolah SMAN 4 Samarinda, Muhammad Idar, mengungkapkan sekolahnya telah menjadi langganan banjir selama lebih 20 tahun, tepatnya sejak tahun 2005.

“Seperti kita lihat kondisi saat ini, banjir ini bukan banjir hari ini saja. Ini sudah sering, setiap kali hujan pasti banjir. Kalau lebih parahnya pada saat hujan bertemu dengan pasang, maka dia semakin tinggi banjirnya. Jadi semua kelas ini bisa terendam,” ujar Muhammad Idar.

Lebih lanjut, Muhammad Idar menjelaskan pada banjir kali ini, ada sebanyak 14 ruang kelas terendam air. Mengingat ini adalah hari pertama masuk sekolah dan demi keselamatan siswa, pihak sekolah memutuskan untuk memulangkan seluruh siswa.

“Anak-anak kita tidak ada proses belajar mengajar, kita pulangkan karena takut di dalam kelas ada aliran listrik yang kita takutkan. Karena beberapa waktu yang lalu ada aliran listrik yang masuk ke air jadi merembet ke mana-mana, akhirnya kita ambil kesimpulan hari ini tidak ada KBM, kita pulangkan,” jelasnya.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pihak sekolah. Muhammad Idar menuturkan terkait banjir di SMAN 4 Samarinda bisa terjadi berulang kali dalam waktu singkat.

“Pernah sekali tiga kali dalam satu pekan. Karena kita bersihkan sekali, yang selesai habis salat zuhur, jam 3 menjelang Ashar datang lagi banjirnya. Jadi dalam dua hari itu kita hanya membersihkan saja dan besok belum tentu bisa kita bersihkan kalau kondisinya seperti ini, mungkin dua atau tiga hari baru bisa bersih,” katanya.

Setelah banjir surut, proses pembersihan pun membutuhkan waktu dan tenaga. Sebanyak 15 ruang kelas dan satu ruangan UKS harus disemprot dan dibersihkan kembali, melibatkan guru dan siswa dalam kegiatan gotong-royong.

Muhammad Idar mengkhawatirkan potensi banjir susulan, terutama ketika hujan deras kembali turun bersamaan dengan air pasang.

Pihak sekolah bahkan harus bersiaga di malam hari untuk mengantisipasi ketinggian air yang terus bertambah, mengingat pengalaman banjir sebelumnya yang merendam buku-buku di perpustakaan hingga tidak dapat diselamatkan.

Menyikapi kondisi ini, pihak sekolah telah menyiapkan langkah antisipasi untuk hari berikutnya.

“Untuk besok tetap turun sekolah, akan kita coba antisipasi. Besok kalau memang di ruangan yang ini sebelah sini tidak kita bersihkan karena masih ada banjir, maka kita akan alihkan anak-anak sesuai rapat, akan kita alihkan ke kelas 12. Kelas 12 karena sudah selesai ujian, artinya tidak ada siswanya, nanti akan kita arahkan ke sana,” ungkapnya

Prioritas utama saat ini adalah membersihkan ruang kelas yang terdampak agar proses belajar mengajar dapat segera kembali berjalan.

Salah satu siswa kelas 10, Ephy Silviana, mengungkapkan kekecewaannya atas kejadian banjir ini. Ia mengatakan dengan adanya banjir yang terdampak, pasti jam belajarnya terpotong karena harus melakukan bersih-bersih terlebih dahulu.

“Setelah selesai bersih-bersih itu biasanya masih dalam kondisi basah, pasti nempel di meja dan di kursi. Bisa berdampak kursi bisa lepas juga besinya setelah banjir atau malah selalu basah terus di meja sehingga menyebabkan kursi kami kurang satu,” keluhnya.

Ephy menuturkan rasa lelahnya menghadapi banjir yang berulang kali terjadi.

“Capek setiap kali banjir pasti kalau terjadi kita akan dipulangkan cepat, besoknya kita bersih-bersih. Bisa saja besoknya bisa datang lagi banjirnya dan bersih-bersih lagi,” ujarnya.

Ia berharap agar pemerintah dapat segera memberikan bantuan kepada sekolahnya, baik berupa perbaikan infrastruktur maupun pembangunan gedung baru, agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar tanpa terganggu banjir.

“Semoga ada bantuan dari pemerintah karena kalau begini, pada saat masuk awal pertama sekolah kami tidak belajar dan semua semangatnya belajar tiba-tiba banjir akhirnya tidak jadi belajar,” pungkas Ephy.

 

Pewarta: Dimas
Editor: Yahya Yabo

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

INFO GRAFIS