spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kades Muara Muntai Ilir Dianiaya, Rumah Rusak dan Dua Orang Alami Luka Serius

TENGGARONG – Momen silaturahmi yang seharusnya penuh kehangatan dan suka cita di kediaman Kepala Desa Muara Muntai Ilir, Arifadian Nur, berubah menjadi mimpi buruk pada Senin (9/6/2025). Acara Halal Bihalal yang digelar untuk mempererat kebersamaan antarperangkat desa dan pengurus lembaga desa justru berujung petaka, ketika sekelompok orang tiba-tiba datang dan menyerbu lokasi dengan penuh amarah.

Dengan teriakan lantang, massa yang mengatasnamakan diri sebagai masyarakat Muara Muntai langsung mengepung rumah sang kepala desa. Dalam hitungan menit, suasana menjadi mencekam. Tak hanya berteriak, mereka juga melakukan penganiayaan dan pengrusakan fasilitas rumah. Tiga jendela rumah pecah akibat lemparan benda keras, sementara dua orang, termasuk Arifadian Nur, menderita luka serius di bagian kepala.

“Saya dihajar sampai pengan saya dijahit dua atau tiga jahitan. Pak Kasdim juga kena, sampai tujuh jahitan di kepalanya,” ungkap Arifadian, yang masih tampak lemah dengan perban membalut lengannya.

Menurut Arifadian, penyerangan brutal itu dilakukan oleh sekitar tujuh hingga delapan orang yang membawa balok kayu ukuran 5×10. Mereka tak segan mengacak-acak isi rumah dan melakukan penyisiran atau swiping, karena menduga ada perwakilan dari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) yang hadir di acara tersebut.

Tudingan terhadap Arifadian sebagai pembawa Pelindo ke wilayah mereka menjadi alasan utama penyerangan. Namun, Arifadian membantah keras tuduhan tersebut. Ia menjelaskan bahwa kehadiran Pelindo di perairan Muara Muntai bukan inisiatif desa, melainkan bagian dari kebijakan nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan.

“Pelindo hadir di sini itu berdasarkan keputusan Kementerian Perhubungan dan KSOP. Bukan atas permintaan kami di desa,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa rencana launching kapal pandu milik Pelindo memang akan dilakukan pada hari yang sama, namun keberadaan staf Pelindo di rumahnya hanyalah isu yang tidak berdasar.

“Mereka pikir ada orang Pelindo di rumah, makanya rumah kami jadi sasaran. Padahal ini cuma acara halal bihalal,” ujarnya kecewa.

Arifadian juga membeberkan bahwa sebagian besar pelaku penyerangan bukan warga asli. Ia hanya mengenali satu orang dari desa Muara Muntai Ilir yang ikut melakukan kekerasan, sementara sisanya diyakini merupakan preman bayaran dari luar daerah.

“Yang saya kenal dari sini cuma satu orang. Sisanya itu preman bayaran. Yang menyerang rumah cuma 7–8 orang, lainnya cuma nonton. Mereka nggak tahu apa-apa, cuma ikut-ikutan,” bebernya.

Dugaan kuat mengarah pada kelompok tertentu yang merasa terancam kehilangan lahan pencaharian sebagai pemandu kapal lokal akibat kehadiran Pelindo. Mereka diyakini sebagai dalang aksi, menggerakkan massa dengan motif ekonomi.

“Ini penganiayaan yang terencana. Mereka datang sudah bawa alat, bukan spontan,” ujar Arifadian tegas.

Usai kejadian yang menggemparkan itu, Arifadian langsung melaporkan insiden penyerangan ke pihak kepolisian. Ia juga menggandeng pengacara untuk memastikan proses hukum berjalan sesuai ketentuan.

“Kami minta semua diproses sesuai hukum. Jangan sampai karena ada orang kuat di belakang, pelaku lolos atau pasalnya dikaburkan,” pungkasnya.

Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Agus S

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

INFO GRAFIS