SAMARINDA – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) meraih prestasi gemilang dalam Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) XXX yang berlangsung di Samarinda Kaltim.
Kontingen Kutim untuk Kaltim berhasil merebut tiga gelar juara pertama dan satu gelar juara kedua, pencapaian yang mencuri perhatian dan menjadi sorotan nasional. Prestasi ini dibanggakan oleh Pemkab Kutim, yang turut menyampaikan apresiasi atas keberhasilan para peserta.
“Ini adalah pencapaian luar biasa, sebuah bukti nyata bahwa Kutai Timur bisa berkontribusi bagi Kaltim di ajang MTQ Nasional,” ungkap Asisten III Sekretaris Kabupaten Kutim, Sudirman Latief, usai menghadiri penutupan MTQN XXX di Gelora Kadrie Oening, Minggu (15/9/2024) malam.
“Capaian ini akan menjadi barometer bagi perhelatan MTQ (Kaltim) selanjutnya di Kutim,” tambah Sudirman penuh optimisme.
Sudirman menambahkan bahwa hasil MTQN kali ini akan segera dilaporkan kepada Bupati Kutim, Wakil Bupati, serta Ketua LPTQ Kutim sebagai bentuk penghargaan atas dukungan mereka terhadap syiar Islam di wilayah tersebut. Keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras dan dedikasi tinggi dari para qari dan qariah yang mewakili Kutim.
Dalam ajang MTQN XXX ini, Kutim diwakili oleh beberapa qari dan qariah berbakat yang berhasil meraih prestasi membanggakan. Imronul Karim meraih Juara 1 dalam kategori Tilawah Dewasa, H Misran menyabet Juara 1 dalam kategori Qiraat Mujawwad, dan Nadita Aisyah Fitri meraih Juara 1 dalam kategori Tilawah Remaja Putri. Sementara itu, Muhammad Abdan sukses meraih Juara 2 dalam kategori Tartil Remaja.
Keberhasilan ini tentunya tidak lepas dari perjuangan dan dedikasi para peserta. H Misran, sempat beberapa kali dihubungi oleh tim LPTQ Kutim dan Provinsi.
Setelah empat kali dihubungi dan berkonsultasi dengan keluarganya, ia akhirnya memutuskan untuk kembali berjuang dengan niat berdakwah dan beribadah.
“Keputusan ini bukan hal mudah, namun dengan niat ibadah, saya mantap untuk kembali berjuang,” jelas Misran, yang telah dikaruniai lima anak. Pencapaiannya di MTQN kali ini menjadi inspirasi bagi banyak orang.
“Kami merasakan perubahan signifikan dalam setiap bacaan yang kami lantunkan. Ini adalah proses yang sangat berat, namun hasilnya juga luar biasa,” ungkap Misran, alumni Pondok Pesantren Raudatul Mutaallimin, Amuntai, Banjarmasin. (mk/rm)