Kapal penyeberangan di Kampung Muara Lesan menjadi alternatif bagi masyarakat lantaran tidak memiliki jembatan.(Ist)
TANJUNG REDEB – Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Saga mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau untuk melanjutkan pembangunan Jembatan Muara Lesan Kampung Muara Lesan Kecamatan Kelay. Pasalnya telah terhenti beberapa tahun.
Disampaikan bahwa pihaknya bersama rekan legislatif lainnya justru telah melakukan pembahasan ini. Dan terus mendorong pemerintah daerah segera melanjutkannya. Apalagi, pendanaan dari Bantuan Keuangan (Bankeu) Provinsi Kaltim dan APBD Berau tersedia.
“Jangan sampai dianggap mangkrak dan terbengkalai padahal sudah ada dana dari Bankeu Kaltim dan APBD Berau juga besar,” ungkapnya,” Senin (25/9/2023).
Apalagi akses yang vital itu menjadi harapan bagi masyarakat di sana. Tak hanya mendekatkan mobilisasi antar kampung, tapi juga memudahkan pelajar yang sekolahnya berada di seberang kampungnya.
“Pada prinsipnya kita minta pembangunannya dilanjutkan. Mengingat pembangunan sudah lama tidak dilanjutkan,” tegasnya.
Lanjutnya, kajian yang sebelumnya dilakukan tentu mempertimbangkan hal-hal tersebut hingga sebelumnya sudah terbangun satu abutmen dari Jembatan Muara Lesan. Ketika tak kunjung dilanjutkan, Saga menilai ini bisa menjadi penghambat aktivitas masyarakat di sana.
“Kita tentu ingin ini berlanjut, dan kami berkomitmen akan mendukungnya pada anggaran yang datang,” jelasnya.
Sementara itu, Kabid Pembangunan Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau, Benny Sepriady Panjaitan menjelaskan, lanjutan pembangunan Jembatan Muara Lesan akan diusulkan pada APBD Berau murni 2024. Namun, kemungkinan hanya mengerjakan abutmen pada satu sisi lainnya.
“Dimulai dengan membangun abutmen disisi satunya, karena yang satu sudah ada. Semoga saja lancar di tahun depan,” harapnya.
Menurutnya, pembangunan Jembatan Muara Lesan ini memang sebaiknya dikerjakan secara Multi Years Contract (MYC). Sebab, beberapa pekerjaan yang dilakukan cukup sulit. Misalnya untuk pemasangan abutmen memerlukan kapal ponton untuk dudukan mesin pancang.
“Sedangkan lokasinya tidak memungkinkan ponton masuk,” ungkapnya.
Sehingga, kemungkinan terbesar adalah merakit kapal ponton untuk dudukan mesin pancang di atas aliran sungai yang cukup deras. Sebab, ukuran ponton non rakit yang besar serta akses masuk yang tidak ada itu menyebabkan metode pekerjaan cukup sulit.
“Untuk memutuskan menggunakan metode apa yang digunakan ini sebabnya jadi agak lama. Rencananya tahun depan kalau disetujui akan dianggarkan lagi sisi seberangnya. Perencanaannya kita pakai yang lama, paling menyesuaikan ekskalasi harga saja,” ungkapnya.
Dipaparkannya, kebutuhan abutmen memerlukan dana sekitar Rp 10 miliar. Sedangkan kebutuhan pendanaan hingga jembatan rampung mencapai Rp 55 miliar.
Jembatan dengan bentangan mencapai lebih dari 100 meter itu merupakan usulan-usulan dan masukan dari masyarakat secara masif. Benny mengatakan, memang akses tersebut sangat penting bagi masyarakat. Selain jadi jalur terdekat antara rumah dengan kebun warga, anak-anak sekolah juga kerap menyeberang menggunakan ketinting. Tipikal arus sungai yang deras itu tidak dianjurkan untuk menyeberang, apalagi anak-anak.
Kemudian, Camat Kelay, Toris menuturkan, Jembatan Muara Lesan sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat. Sebagai akses penghubung masyarakat dengan berbagai sektor. Akses tersebut sangat memudahkan lantaran menjadi akses terdekat menuju pusat kecamatan dan ibu kota kabupaten.
Beberapa kampung seperti Panaan, Mapulu, Merabu dan Merapun disebutnya lebih cepat lewati akses Muara Lesan dibanding harus memutar. Seperti, masyarakat yang ingin menuju Kampung Panaan jika memutar melewati Kampung Merapun butuh waktu sekitar satu jam.(Mnz)
Pewarta: Amnil Izza
Editor: Irfan