SAMARINDA – Pemilihan Gubernur Kalimantan Timur (Pilgub Kaltim) tahun ini menjadi panggung adu strategi antara dua pasangan calon dengan latar belakang berbeda.
Di satu sisi, Isran Noor dan Hadi Mulyadi, pasangan petahana, kembali mencalonkan diri setelah lima tahun memimpin. Di sisi lain, Rudy Mas’ud dan Seno Aji, pendatang baru dalam bursa pencalonan, siap menantang dengan visi baru mereka.
Meski berbeda dalam pengalaman, kedua paslon memiliki kesamaan dalam cara mereka menarik perhatian publik. Saat mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kaltim, keduanya tampil memukau dengan berpose di atas Reog, seni tradisional Ponorogo yang khas dengan topeng besar berkepala singa dan hiasan bulu merak.
Isran Noor dan Hadi Mulyadi mengawalinya pada Rabu (28/8/2024), diikuti oleh Rudy Mas’ud dan Seno Aji keesokan harinya, Kamis (29/8/2024).
Pengamat politik dan akademisi Universitas Mulawarman, Iman Surya, menilai bahwa simbolisasi budaya seperti ini kini menjadi strategi ampuh dalam menarik perhatian massa.
“Menjadi strategi juga, bagaimana menarik massa dengan budaya. Walaupun bukan budaya yang dijual, tetapi justru atraksi-atraksi budaya,” jelas Iman.
Namun, simbolisasi saja tidak cukup. Masyarakat Kaltim perlu lebih fokus pada gagasan dan program nyata yang ditawarkan oleh masing-masing pasangan calon.
Iman menegaskan bahwa simbol yang ditunjukkan kedua paslon harus sesuai dengan kontribusi mereka terhadap masyarakat. “Walaupun tidak terucap, mereka harus bisa memperhatikan masyarakat yang dipresentasikan,” tegasnya.
Selain Reog, cara kedua pasangan calon menuju kantor KPU Kaltim juga menarik perhatian. Isran-Hadi memilih berjalan kaki dari posko yang terletak di Jalan Arif Rahman Hakim, diiringi oleh simpatisan yang memadati jalan dan menyebabkan kemacetan.
Sementara itu, Rudy-Seno memilih naik Angkutan Kota (Angkot) dari Kantor Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar, dengan simpatisan yang turut mengiringi hingga jalanan sesak.
Iman Surya menambahkan bahwa masing-masing pasangan calon membawa simbol yang merepresentasikan perjuangan kesejahteraan rakyat. “Baik Isran maupun Rudy Mas’ud, mereka kan merepresentasikan suatu simbol yaitu memperjuangkan kesejahteraan rakyat,” terang Iman.
Ia menekankan pentingnya masyarakat Kaltim untuk menilai gagasan dan program yang ditawarkan oleh masing-masing pasangan calon, terutama dengan perbedaan pendekatan yang mereka gunakan.
“Isran lebih mengedepankan pada nilai-nilai pembangunan yang sudah pernah ia lakukan. Lalu, Rudy Mas’ud sebagai pengusaha ingin menunjukkan semangat anak muda. Dua pendekatan ini sangat berbeda tetapi juga memiliki kelebihan masing-masing,” beber Iman.
Visi yang diusung oleh kedua pasangan calon juga mencerminkan tujuan besar mereka. Isran Noor membawa visi “Berani untuk Kalimantan Timur Berdaulat” atau “Kaltim Berdaulat Jilid 2,” sementara Rudy Mas’ud memperkenalkan visi “Generasi Emas” atau “Menuju Kaltim Emas.”
Namun, Iman menegaskan bahwa visi dan misi saja tidak cukup untuk memenangkan hati rakyat Kaltim.
“Yang jadi pemenangnya adalah mereka yang tidak hanya menguasai visi dan misi, tapi juga yang bisa mewartakan kembali apa saja program yang sudah dilakukan pembangunan selama 5 tahun kemarin,” tutupnya. (mk/rm)