SAMARINDA – Perhatian khusus masih sangat dibutuhkan sektor pendidikan di kaltim. masih butuh perhatian khusus pemerintah. Salah satunya terkait operasional Sekolah Luar Biasa (SLB) yang masih berkutat padsa persoalan minimnya tenaga pengajar untuk SLB.
Data Kemendikbudristek, dari 39 provinsi, Jawa Barat memiliki program atau layanan SLB terbanyak dengan 1.245, diikuti oleh Jawa Timur dengan 1.034, dan Jawa Tengah dengan 1.002. Sementara itu, Papua Barat memiliki program atau layanan SLB terendah dengan hanya 15, diikuti oleh Maluku Utara dengan 16, dan Gorontalo dengan 18.
Kalimantan Timur sendiri berada di peringkat ke-13 dari 39 provinsi dengan jumlah program atau layanan SLB sebanyak 195. Dari jumlah tersebut, terdapat 18 TKLB, 61 SDLB, 61 SMPLB, dan 55 SMLB.
Hal itu mendapat perhatian Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Salehuddin.
“Informasi yang kami terima, beberapa kabupaten dan kota meminta penambahan guru dan rombel untuk SLB. Memenuhinya menjadi tantangan tersendiri bagi Pemprov Kaltim,” jelasnya.
Tidak ada Universitas yang memiliki Program Studi (Prodi) Pendidikan Luar Biasa jadi penyebab utama minimnya guru SLB.
Satu solusi muncul untuk meningkatkan jumlah guru di SLB yakni membuka Prodi Pendidikan Luar Biasa di Universitas di Kaltim. Harapannya, lulusan Prodi ini langsung terserap memenuhi kebutuhan guru SLB.
“Kami sudah pernah mengusulkan agar Pemprov Kaltim bisa bekerja sama dengan Universitas Mulawarman untuk membuka Prodi Pendidikan Luar Biasa. Sebab, di Kaltim belum ada kampus yang menyediakan Prodi tersebut,” paparnya.
Faktanya, Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim mendata, ada 34 SLB di Kaltim. Rinciannya 11 SLB Negeri dan 23 SLB swasta dengan tenaga pengajar Negeri/swasta sebanyak 380 orang. Jumlah total siswa 2.507 anak,
“Artinya, 1 guru SLB mengajar 6-7 siswa pada rombelnya. Padahal, idealnya satu orang guru hanya mengajar maksimal lima orang siswa,” sebutnya. (adv/dprdkaltim)