SAMARINDA – Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kalimantan Timur November nanti bisa dipastikan akan diikuti oleh 2 pasangan calon (Paslon). Walaupun sempat diisukan hanya diisi oleh satu paslon saja melawan kotak kosong.
Rudy Mas’ud dan Seno Aji terlebih dahulu berhasil mengumpulkan dukungan dari 7 partai dengan 44 kursi parlemen. Disusul oleh Isran Noor dan Hadi Mulyadi yang meski tertatih, mampu mengumpulkan 11 kursi dari 2 partai.
Pengamat Politik sekaligus Akademisi Universitas Mulawarman, Budiman Chosiah mengatakan PDI Perjuangan dan Demokrat telah menyelamatkan demokrasi Kaltim melalui dukungan mereka terhadap Isran-Hadi.
11 kursi dari 2 partai tersebut sudah cukup mengisi 20 persen persyaratan dukungan dari Presidential Threshold bakal calon. Oleh karenanya justru Rudy-Seno yang sepertinya cukup dirugikan.
Bagaimana tidak, setelah hampir berhasil menutup celah pencalonan lewat dukungan 7 dari 9 partai pemegang kursi parlemen. Pada akhirnya duo petahana berhasil mendapat dukungan dari 2 partai dan tetap ikut berkontestasi.
“Dengan 2 partai itu saja, otomatis kotak kosong hilang, sisanya hanya bagaimana strategi mereka untuk menang,” ujar Budiman.
Bagi Budiman, baik Rudy-Seno atau Isran-Hadi memiliki kelebihan atau kekurangan masing-masing. Rudy-Seno sebagai paslon dari generasi muda sedang Isran-Hadi sebagai duo petahana.
“Justru pertarungan paling seksi di Samarinda,” terangnya.
Sebagaimana yang dijelaskan, kunci pemenangan Pilgub Kaltim ada di 3 kabupaten/kota, Balikpapan, Kutai Kartanegara (Kukar) dan Balikpapan. Menurutnya, Balikpapan jelas menjadi kandang Rudy Mas’ud karena suara Golkar tidak perlu diragukan di sana.
Ditambah sosok Rahmad Mas’ud berperan penting sebagai Wali Kota Balikpapan.
Tapi tidak dengan Kukar notabenenya dikuasai oleh PDI Perjuangan. Dukungan PDI Perjuangan ke Isran-Hadi cukup menjanjikan suara Kukar untuk Isran.
Lantas Samarinda masih bisa terpecah, karena kata Budiman tidak ada paslon yang sangat dominan di Samarinda.
“Siapapun yang bisa menguasai suara Samarinda, maka potensi menangnya tinggi,” tegasnya.
Untuk itu, setiap paslon perlu cepat menggaet paket pasangan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di 10 kabupaten/kota di Kaltim. Dengan cara mendekati paslon dengan survei tertinggi di setiap daerah, sehingga mampu menggaet suara untuk Pilgub.
Masalahnya di Samarinda, survei tertinggi masih dimiliki oleh Andi Harun yang hampir 80 persen. Sehingga untuk Samarinda sendiri, Andi Harun bisa menjadi sosok penguat suara di Samarinda.
“Siapa yang bisa memanfaatkan calon yang punya potensi suara tinggi di daerah, dia akan memenangkan kontestasi,” tambah Budiman.
Lagipula, Budiman menyatakan bahwa pertarungan Pilgub kali ini adalah pertarungan figur. Jelas setiap daerah berperan penting, namun juga isu seperti “putra asli daerah” masih terus tersiar.
Secara survei, Rudy Mas’ud memang berada di bawah Isran Noor. Sebagai petahana Isran Noor cukup diuntungkan, maka ia menganggap Rudy Mas’ud telah gagal menghentikan langkah Isran-Hadi lewat borong partai.
“Kalau memang Rudy Mas’ud yakin menang, ia tidak akan borong partai,” ucap Budiman.
Antara yang muda atau yang petahana, pertarungan semakin menarik. Pendaftaran akan dilakukan pada 28 – 29 Agustus nanti sebagaimana yang dijadwalkan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Masih ada waktu, mungkin adapula kejutan dari partai pengusung yang membelot dari paslon sebelumnya.
“Dukungan partai tidak signifikan selain jembatan pencalonan, maka siapapun yang berpaket dengan Andi Harun akan menang,” katanya lagi.
Namun bagi Budiman Isran perlu memunculkan sosok selain Rahmad Mas’ud di Balikpapan untuk memecah suara Rudy Mas’ud. Sehingga suara dari 3 kota besar bisa diamankan.
Rudy-Seno pastinya takkan tinggal diam. Melalui 7 koalisi partai, serta modal 500 ribu lebih suara saat Pemilu kemarin, menjadi harapan pemenangan mereka.
“Kalau melihat fenomena Pileg kemarin ini pasti akan menarik dan seru,” demikian Budiman. (mk/rm)