SANGATTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Samarinda mencatatkan temuan yang mengejutkan terkait dengan produk kosmetik berbahaya yang beredar di pasar lokal. Dalam beberapa bulan terakhir, BPOM telah menemukan sejumlah produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, seperti merkuri dan hidroquinon yang dapat membahayakan kesehatan konsumen.
Kepala BPOM Samarinda, Sem Lapik, menyampaikan pihaknya intens melakukan pengawasan terhadap produk-produk kosmetik yang beredar di pasaran. “Kami menemukan beberapa produk yang mengandung bahan berbahaya dan tidak terdaftar resmi. Ini merupakan risiko besar bagi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pengawasan kami akan terus ditingkatkan,” jelasnya.
Produk kosmetik yang terdeteksi mengandung bahan berbahaya ini ditemukan di sejumlah toko ritel yang tersebar di Kalimantan Timur (Kaltim) seperti di Kutai Timur (Kutim) serta peredarannya paling marak di pasar online. BPOM telah menindaklanjuti dengan penarikan produk tersebut dan memberi peringatan kepada para pedagang untuk tidak lagi menjual produk ilegal yang dapat membahayakan penggunanya.
Sem Lapik menambahkan masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dalam memilih produk kosmetik.
“Pastikan produk yang digunakan sudah terdaftar di BPOM dan cek label serta izin edar. Kami terus bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk memerangi peredaran produk kosmetik ilegal ini,” tambahnya.
Sebagai langkah pencegahan lebih lanjut, BPOM Samarinda akan memperketat pengawasan di lapangan dan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya penggunaan kosmetik ilegal.
BPOM Samarinda mengklaim telah menerapkan dua bentuk pengawasan, yaitu premarket sebelum produk diedarkan dan postmarket setelah produk beredar di pasaran.
“Sebelum diedarkan, produk harus melewati uji keamanan dan mendapatkan izin edar. Tapi kalau ada produk tanpa izin edar yang berbahaya, kita lakukan tindakan mulai dari pembinaan hingga penindakan hukum,” jelasnya.
BPOM turut meminta agar masyarakat segera melaporkan apabila menemukan produk kosmetik yang mencurigakan atau tidak terdaftar melalui saluran pengaduan resmi yang telah disediakan.
Pewarta: Ramlah
Editor: Yahya Yabo