spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Siap Tampil Jadi Destinasi Wisata Unggulan di Kukar, Kecamatan Kota Bangun Darat Berbenah

TENGGARONG – Perlahan tapi pasti, Kecamatan Kota Bangun Darat di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mulai menampakkan diri sebagai permata baru pariwisata di kawasan hulu. Dengan lanskap alam yang menawan, kearifan lokal yang terjaga, dan semangat warga dalam mengelola potensi, wilayah ini dinilai siap menjadi destinasi unggulan yang menyuguhkan lebih dari sekadar panorama.

Camat Kota Bangun Darat, Julkifli, menyebut geliat pariwisata di wilayahnya bukan lagi angan-angan. Air Terjun Kendua Raya di Desa Kedang Ipil menjadi titik awal kebangkitan, menarik kunjungan wisatawan domestik dan bahkan mancanegara setiap tahunnya.

“Kami melihat antusiasme pengunjung terus tumbuh. Tidak hanya datang menikmati alam, tapi mereka ingin tahu cerita dan budaya yang mengiringi tiap tempat,” ujar Julkifli, Selasa (29/4/2025).

Lebih dari sekadar destinasi, Kedang Ipil kini bersiap menyambut Festival Nutup Bahang dan Belian Namang, perayaan budaya yang mempertemukan unsur ritual, pertunjukan seni, dan keakraban warga. Festival ini didorong sebagai ajang tahunan untuk mengangkat warisan budaya Dayak Kutai sekaligus mendorong ekonomi kreatif masyarakat desa.

Sementara itu, Danau Kumbara di Kota Bangun III menjadi contoh sukses transformasi lahan pasca tambang menjadi objek wisata yang edukatif dan rekreatif. Dengan air berwarna toska dan kedalaman hampir 50 meter, danau ini kini menjadi favorit untuk berperahu, memancing, hingga kegiatan konservasi seperti penebaran benih ikan.

“Kita ingin memperlihatkan tentang bekas tambang bukan akhir dari lanskap. Kalau dikelola dengan bijak, bisa jadi awal dari destinasi unggulan,” tambah Julkifli.

Tidak ketinggalan, Air Terjun Sampetehan di Desa Benua Baru dan Air Terjun Suka Alam di Suka Bumi kini sedang dalam proses pengembangan dengan pendekatan wisata alami dan berkelanjutan. Ditambah lagi, Danau Bidadari di Sedulang menjadi spot baru yang tengah dilirik sebagai ikon wisata romantis dan ekowisata.

Pengembangan seluruh potensi ini, menurut Julkifli, dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Pemerintah kecamatan menggandeng perangkat desa, pemuda, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), dan pelaku UMKM untuk mendorong pertumbuhan yang merata.

“Kami tidak ingin membangun wisata hanya untuk tamu luar. Ini harus menjadi kebanggaan warga lokal dulu. Mereka yang jaga, mereka yang bercerita, mereka yang dapat manfaatnya,” tegasnya. (adv)

Pewarta: Ady
Editor: Yahya Yabo

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

INFO GRAFIS