spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Warga Kutim Pertanyakan Penyebab Banjir, Kiriman atau Dampak Pertambangan? —

SANGATTA– Banjir kembali melanda sejumlah wilayah di Sangatta, Kutai Timur, setelah hujan deras mengguyur selama dua hari terakhir. Ketinggian air di beberapa titik mencapai lebih dari satu meter, membuat warga harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun, di tengah bencana ini, muncul pertanyaan dari warga, apakah banjir ini murni akibat air kiriman dari hulu atau ada dampak dari aktivitas pertambangan di sekitar wilayah tersebut?

Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim, luapan air Sungai Sangatta menjadi salah satu penyebab utama banjir serta diduga karena pasang air laut ditambah curah hujan yang tinggi di hulu.

Namun, beberapa warga menilai banjir kali ini terjadi lebih cepat dibandingkan biasanya. “Kami sudah sering mengalami banjir, tapi kali ini air naik begitu cepat. Kami ingin tahu apakah ini memang air kiriman dari hulu atau ada faktor lain seperti pertambangan yang membuat air tidak bisa meresap dengan baik,” ujar Radit, seorang warga yang rumahnya terendam banjir.

Menanggapi hal itu, Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kutim, M Naim, mengimbau warga agar tak berspekulasi dini.

“Untuk sementara warga jangan berspekulasi karena tentu kita sebagai instansi yang menanggulangi bencana akan mengundang perusahaan dan akan meminta keterangan dari mereka,” tegasnya saat di konfirmasi, Sabtu (22/3/2025).

Aktivitas pertambangan di sekitar Sangatta memang sudah lama menjadi perhatian. Beberapa ahli lingkungan menyebut alih fungsi lahan akibat pertambangan dapat menyebabkan perubahan pola aliran air, sehingga meningkatkan risiko banjir di daerah pemukiman. Selain itu, sedimentasi di sungai akibat erosi lahan tambang bisa membuat kapasitas sungai dalam menampung air hujan semakin berkurang.

Pemerintah daerah sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait apakah ada pengaruh pertambangan terhadap banjir kali ini.

Naim menambahkan pihaknya masih fokus pada evakuasi warga dan penyaluran bantuan. “Prioritas kami saat ini yakni menyelamatkan warga dan memastikan kebutuhan darurat mereka terpenuhi. Mengenai penyebab pasti banjir, nanti akan ada kajian lebih lanjut,” ujarnya.

Sejumlah warga berharap ada transparansi dari pihak terkait, baik pemerintah maupun perusahaan tambang, mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas pertambangan di wilayah tersebut. “Kami butuh kejelasan, agar bencana seperti ini bisa dicegah di masa depan,” kata salah satu warga yang terdampak.

Pewarta: Ramlah
Editor: Yahya Yabo

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

INFO GRAFIS