BONTANG – Masyarakat pesisir Kampung Malahing meminta kepada pemerintah Kota Bontang untuk pemerataan penyebaran gas elpiji 3 kilogram termasuk di wilayahnya.
Ketua RT 30, Nasir Lakada, menyebutkan wilayahnya sering kali kesulitan mendapatkan gas subsidi. Selain posisi yang jauh dari perkotaan, jumlah stok elpiji yang dijual di Kampung Malahing sangat terbatas dengan harga jual di atas Harga Ecer Tertinggi (HET) yakni Rp 35 ribu lantaran berada jauh dari perkotaan.
“Yang stok itu warga sendiri, mahalnya harga karena mengambil dari darat dan stok kadang terbatas,” ujarnya, Sabtu (26/4/2025) lalu.
Untuk itu, mereka masih sering menggunakan kayu bakar sebagai alternatif saat gas elpiji tidak ada. Sebenarnya, penggunaan kayu bakar menjadi kekhawatiran warga sekitar, karena perumahan di Kampung Malahing seluruhnya menggunakan kayu dan rentan terbakar.
“Karena tidak ada pilihan lain, alternatif kami kayu bakar,” pungkasnya.
Berkaca dari kejadian kebakaran pada Februari lalu, kejadian kebakaran disebabkan warga yang memasak menggunakan kayu bakar. Saat itu terjadi kelangkaan gas elpiji 3 kilogram sedang marak.
Maka dari itu Nasir berharap, adanya pemerataan stok gas yang dikelola langsung oleh pemerintah, agar harga bisa tertekan murah. Mengingat pendapatan para nelayan hanya berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta per bulan.
“Kami harap warga pesisir bisa jadi prioritas. Mengingat pendapatan kami hanya bergantung dari tangkapan ikan saja,” sebutnya.
Pewarta: Syakurah
Editor: Yahya Yabo