PPU – Kelangkaan gas elpiji 3 kilogram (gas melon) kembali menjadi sorotan serius di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Ironisnya, meski PPU dikenal sebagai daerah penghasil gas, warga justru kesulitan mendapatkan elpiji subsidi.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Komisi II DPRD PPU, Jamaluddin, Kamis (15/5/2025). Politisi yang akrab disapa Jamal ini menyesalkan lemahnya pengawasan distribusi elpiji di tengah kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.
“Sangat ironis. Kita ini daerah penghasil gas, tapi masyarakat justru kesulitan mendapatkan elpiji 3 kilogram,” tegasnya.
Jamal pun mencontohkan pengalaman pribadinya yang harus membeli gas melon dengan harga jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) karena tidak tersedia di pangkalan resmi.
“Sepekan lalu saya mencari gas yang berwarna pink itu sangat sulit, sampai akhirnya saya beli di warung pinggir jalan dengan harga yang sangat luar biasa,” ungkapnya.
Ia mendesak pemerintah daerah, khususnya Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (KUKM Perindag), untuk segera mengambil langkah konkret dengan melakukan inspeksi ke agen dan pangkalan-pangkalan penyalur.
Menurutnya, kebocoran distribusi ke pihak yang tidak berhak, seperti pelaku usaha besar atau masyarakat mampu, menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kelangkaan.
“Gas melon ini subsidi negara, bukan untuk kalangan mampu atau pelaku usaha besar. Harus ada ketegasan dan pengawasan distribusi yang lebih ketat,” pungkasnya. (ADV)
Penulis: Deddy
Editor: Robbi Lalat