SAMARINDA – Wali Kota Samarinda, Andi Harun, memberikan tanggapan terkait dukungan anggaran Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang sempat disinggung oleh Menteri Lingkungan Hidup (LH). Andi Harun mengungkapkan Pemerintah Kota Samarinda tengah mengkaji beberapa opsi untuk mewujudkan PLTSa dengan prioritas pada teknologi yang efisien dan minim polusi.
Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan serius adalah tawaran dari Mr Kim, perwakilan grup Korea yang telah membangun PLTSa di Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Beliau sangat tertarik, mungkin dua tiga minggu ke depan beliau akan datang ke Samarinda untuk paparan dan secara teknikal tadi sudah disampaikan kepada saya soal model PLTSa yang dibangun di IKN, jadi tanpa polusi, hemat bahan bakar,” jelas Andi Harun.
Wali Kota menegaskan komitmen Kota Samarinda untuk menggunakan PLTSa. Dirinya lebih cenderung untuk menjalin kerja sama langsung antara pemerintah kota dengan pihak Mr Kim karena dinilai akan lebih cepat dan minim hambatan. Meskipun demikian, dirinya mempertimbangkan skema pembiayaan dari kementerian yang melibatkan pemotongan langsung dari dana transfer daerah.
“Kami harus hitung-hitungan, kira-kira hemat mana, efisien mana, kami direct langsung dengan beliau atau memakai skema kementerian. Tapi selama ini, pertimbangan kami pasti selalu pakai mana yang paling efisiensi serta lebih cepat,” imbuhnya.
Selain PLTSa, Andi Harun menyoroti pentingnya penanganan sampah di sektor hulu yakni melalui pemilahan.
“Kita sudah mempersiapkan juga konsepnya, kalau enggak salah 4 sampai 5 orang satu shift ya, untuk pemilahan nanti. Bahkan besaran gajinya pun kita sudah tentukan range-nya,” ungkapnya.
Target pemerintah kota adalah menjadikan Kota Samarinda sebagai salah satu dari 10 kota terbaik nasional dalam pengolahan sampah pada tahun 2026.
Mengenai kapasitas PLTSa, Andi Harun menjelaskan potensi sampah di Kota Samarinda terus bertambah seiring peningkatan populasi dan kegiatan ekonomi mencapai sekitar 609 ton hingga 610 ton per hari.
Bahkan potensi sampah dapat dimaksimalkan hingga lebih dari 1.000 ton dengan bekerja sama dengan daerah-daerah hinterland seperti Kutai Kartanegara (Muara Badak, Tenggarong, Anggana, Sanga-Sanga, dan Loa Janan Ulu).
Selain itu, Andi Harun berencana untuk menggarap sampah kapal, baik dari ponton, kapal transportasi manusia dan barang, kapal wisata, maupun mother vessel di muara.
“Apabila PLTSa nanti berdiri, maka kami akan garap sampah-sampah kapal itu,” ungkapnya.
Untuk mewujudkan ini, Pemerintah Kota Samarinda mungkin akan berinvestasi pada kapal sampah untuk mengangkut limbah ke fasilitas pengolahan waste to energy PLTSa.
Terkait dengan incinerator, Andi Harun menjelaskan Kementerian LH tidak merekomendasikan incinerator berskala kecil yang menggunakan sistem cerobong asap seperti yang menimbulkan kegaduhan di beberapa daerah. Namun, Kota Samarinda akan menggunakan sistem yang berbeda.
“Yang kita mau pakai di Samarinda ini adalah menggunakan sistem pirolisis atau menggunakan langsung ke bawah melalui hidro air, lalu kemudian setelah memenuhi standar baku mutu, baru kita lepas. Beda, jadi jangan sampai salah narasi,” terangnya.
Dirinya menegaskan sistem yang akan diterapkan sudah terbukti di IKN yang mengusung konsep green city, sehingga tidak diragukan lagi dalam hal penanganan polusi dan efisiensi bahan bakar.
Andi Harun optimistis dengan perencanaan yang matang dan implementasi bertahap, pengelolaan sampah di Kota Samarinda akan berubah dari ‘waste to energy’ menjadi ‘waste to money’.
“Jadi sampah, sampah itu semua uang banyak,” pungkas Mr Kim.
Pewarta: Dimas
Editor: Yahya Yabo