spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Hetifah Sebut Guru Adalah Motor Utama Penggerak Transformasi Pendidikan

BONTANG – Wakil Ketua Komisi X DPR RI yang turut membidangi pendidikan yakni Hetifah Sjaifudian, pada Sabtu (5/8/2023) kembali memberikan program dalam penguatan kapasitas kepada para kepala sekolah dan guru di Bontang dalam Diskusi Pendidikan bertema “Peran Guru Penggerak Dalam Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila” di Hotel Bintang Sintuk.

Selain Hetifah, hadir pula Wawali Bontang Najirah, Kepala Balai Guru Penggerak (BGP) Kaltim Wiwik Setyawati dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Bontang Bambang Cipto Mulyono. Peserta yang hadir tak kurang dari 200 orang kepala sekolah dan guru-guru PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK.

Wiwik Setiawati menyampaikan, bahwa program guru penggerak yang merupakan Merdeka Belajar Episode ke-5 ini adalah salah satu program yang merupakan percepatan/akselerasi transformasi pendidikan, menciptakan para pendorong dan pendobrak agen-agen perubahan di masing-masing jenjang pendidikan. Sehingga diharapkan semakin banyak guru penggerak itu merupakan aset daerah, yang mampu mempercepat peningkatan kualitas pendidikan.

“Guru penggerak bertujuan tentu selaras dengan terwujudnya profil pelajar Pancasila yang mempunyai 6 dimensi. Yaitu, beriman, bertaqwa kepada Tuhan, dan berahlaq mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebhinnekaan global, bergotong royong, dan kreatif,” jelasnya.

Najirah pun menyampaikan apresiasi dan menyambut baik diskusi pendidikan ini, terkait peran Guru Penggerak. Terobosan dari Guru Penggerak ini diharapkan akan menciptakan guru-guru yang mampu menjadi penggerak dalam percepatan transformasi pendidikan. Program Guru Penggerak ingin menghidupkan kembali ekosistem pendidikan Indonesia yang merdeka belajar.

“Guru penggerak adalah ujung tombak yang bertujuan untuk terwujudnya profil pelajar Pancasila,” terangnya.

Sementara itu, Hetifah menyampaikan, capaian PISA Indonesia masih berada di level 10 terbawah dari 79 negara. Skor PISA Indonesia lebih rendah dari skor PISA negara-negara ASEAN. Secara persentase, kurang lebih hanya 25 persen siswa Indonesia memiliki tingkat membaca minimum, hanya 24 persen memiliki tingkat kemampuan matematika minimum, dan sekitar 34 persen siswa memiliki kompetensi sains minimum.

“Guru diharapkan memahami literasi secara utuh, dimana memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diimplementasikan untuk menciptakan barang atau jasa yang dapat digunakan dalam kompetensi global,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa guru penggerak hadir melihat kondisi saat ini, diharapkan akan mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, menjadi pelatih atau mentor bagi guru lain untuk pembelajaran yang berpusat pada murid, dan menjadi teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan.

“Guru penggerak diharapkan dapat mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah,” tutup legislator dari Partai Golkar itu.(Rm)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER