TENGGARONG – Perjalanan di balik sejarah panjangnya sebagai kawasan pertambangan, Sangasanga kini tengah menapaki jalan baru. Kecamatan yang selama puluhan tahun identik dengan batu bara ini mulai beralih arah dan menumbuhkan harapan dari lahan-lahan yang dulu hanya dipandang sebelah mata.
Transisi ini tidak mudah, tapi perlahan mulai menunjukkan hasil. Melalui kepemimpinan Camat, Dachriansyah, Sangasanga menegaskan komitmennya untuk membangun sektor pertanian sebagai tumpuan ekonomi baru.
“Kami tidak ingin terus bergantung pada tambang. Kami sedang mempersiapkan masa depan yang lebih berkelanjutan,” ujarnya, Senin (7/4/2025).
Dengan lahan pertanian seluas 200 hektare, Sangasanga kini mampu menghasilkan rata-rata tiga ton gabah per hektare setiap musim. Meski baru sekitar 10 persen warga yang aktif bertani, geliat pertanian semakin terasa di lapangan.
Tidak sendiri, kecamatan ini mendapat dukungan penuh dari Pemkab Kukar melalui Dinas Pertanian dan Peternakan. Bantuan berupa alat mesin pertanian, bibit unggul, dan pupuk bersubsidi disalurkan secara bertahap untuk mempercepat proses transformasi ini.
“Yang dulunya enggan menyentuh sawah, kini mulai aktif kembali. Bantuan dari pemerintah menjadi suntikan semangat,” terangnya.
Pembangunan pertanian di Sangasanga tidak lepas dari peran strategis tiga Gapoktan yang tergabung dalam Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA). Mereka menjadi garda depan pendampingan petani sekaligus penghubung penting antara masyarakat dan pemerintah.
“Kunci kebangkitan ini ada pada organisasi yang kuat. Gapoktan berperan seperti mesin penggerak. Mereka yang menjaga semangat tetap hidup,” sebutnya. (adv)
Pewarta: Ady
Editor: Yahya Yabo